PERLUNYA PEMBANGUNAN “ FOOD ESTATE KETAHANAN PANGAN” DI PROVINSI PEGUNUNGAN PAPUA
Oleh : Dr. Nahor Nekwek, S.Pd., M.M ( Bupati Kabuapten Yalimo )
Pandemi Virus Corona yang berkepanjangan juga memberikan dampak bagi masyarakat Provinsi Pegunungan Papua, khususnya dalam bidang Ketahanan Pangan. Sektor pertanian menjadi sorotan karena memiliki kaitan erat dengan ketahanan pangan nasional. Tentunya pada masa pandemi yang sulit seperti sekarang ini ketahanan pangan menjadi sesuatu yang harus diupayakan untuk menghindar dari krisis pangan yang seakan terus menghantui Indonesia dan juga nantinya akan bisa melanda Provinsi Pegunungan Papua. Ketahanan pangan sendiri memiliki dua kata kunci penting yaitu Ketersediaan Pangan yang Merata serta Kemudahan Akses Penduduk Terhadap Pangan, Baik Secara Fisik Maupun Ekonomi.
Berdasarkan UU No 18 Tahun 2012 Tentang Pangan, Khususnya Bab XIII Pasal 130 Tentang Peran serta Masyarakat dalam penyelenggaraan Pangan. Sehingga masyarakat juga wajib ikut menjaga dan berkontribusi program ketahanan pangan Indonesia dan dunia Pengembangan lumbung pangan nasional ini merupakan langkah mengantisipasi krisis pangan dunia. Badan Pangan dan Pertanian PBB atau Food and Agriculture Organization/FAO telah memperingatkan adanya ancaman tersebut.
Ketahanan pangan Indonesia maupun Provinsi Pegunungan Papua secara umum dapat dikatakan sedang terganggu. Ketika masa pandemi ini pemerintah telah memberlakukan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di beberapa daerah, masyarakat juga diminta untuk mengurangi kontak fisik dan melakukan pekerjaan dari rumah. Hal ini dapat berpengaruh pada produksi, distribusi, dan juga konsumsi pangan. Sarana untuk melakukan distribusi pangan menjadi terbatas sehingga terjadi kurangnya produktifitas pangan. Selain itu, dengan pola hidup masyarakat yang berubah, otomatis permintaan masyarakat sebagai konsumen pangan juga berubah. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan harga-harga pada produk pangan. Dan kita mulai dari sekarang perlu mengantisipasi jika ada Pandemi berikutnya ataupun ada krisis pangan yang saat ini mengancam.
Keberadaan Program Food Estate merupakan salah satu usaha pemerintah untuk mempertahankan ketahanan pangan Indonesia yang bersinergi dengan pemerintah daerah dalam menciptakan aktivitas perekonomian daerah melalui keterlibatan pemilik modal (perusahaan) dan masyarakat. Selain mendorong peningkatan produksi padi juga diharapkan terjadinya “penciptakan kesempatan kerja” bagi masyarakat lokal khususnya dikampung atau daerah di Provinsi Pegunungan Papua yang notabenenya adalah sebagian besar berkebun atau bertani dan beternak.
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian yang dilakukan, keberadaan Program Food Estate menerapkan sistem pengelolaan lahan dan tanaman yang toleransi terhadap lingkungan lokal. Masyarakat Pegunungan Papua memiliki berbagai makanan pokok yang menarik. Berasal dari bahan alami dan proses pengolahan yang berbeda dari masyarakat pada umumnya.
Masyarakat yang tinggal di pegunungan Papua memiliki bahan makanan pokok berupa Ubi jalar, Pisang, Jagung, Keladi. Suku Dani yang tinggal di pegunungan tengah Papua selalu menyertakan ubi jalar ungu dalam setiap acara adat. Saat ini ubi jalar ungu Papua seolah terpinggirkan dengan adanya beras. Padahal dengan membeli dan mengkonsumsi ubi jalar ungu, maka turut mengangkat kesejahteraan mama-mama Papua petani ubi ungu.
Ubi ungu selalu ada dalam acara bakar batu atau wam ebe ekho Suku Dani, bersama dengan keladi, sayur-sayuran, dan daging babi. Suku Dani yang beragama Islam di Distrik Walesi, Kabupaten Jayawijaya, mengganti daging babi dengan ayam. Semua bahan makanan itu dimasak dengan cara bakar batu yang alami dan menyehatkan. Batu dibakar sampai merah membara dan inilah yang mematangkan bahan makanan. Dengan Demikian Untuk Program Food Estate Wilayah Timur Indonesia, jenis Tanaman yang sebaiknya dikembangkan adalah Nenas, Jagung, Kakao, Ubi Jalar Ungu dan Peternakan Babi, Peternakan Ayam pedaging dan Ayam Petelur.





Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pangan menjadi salah satu hal yang harus diperkuat di Indonesia. Dia pun menyebut pembangunan food estate menjadi salah satu upaya untuk mendorong pemenuhan pangan dari hulu sampai hilir. Food estate sedang dibangun untuk memperkuat cadangan pangan nasional, bukan hanya di hulu, tetapi juga bergerak di hilir produk pangan industry.
Menurut Presiden Jokowi, food estate ini tidak lagi menggunakan cara manual tetapi memanfaatkan teknologi modern dan memanfaatkan kecanggihan digital. Bahkan, ditargetkan hasil food estate ini bukan hanya untuk memenuhi pasar domestik, tetapi menyasar pasar Internasional. Saat ini, pengembangan food estate ini tengah dilakukan di Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara. Namun, Presiden Jokowi memastikan Food Estate ini akan dikembangan di daerah lainnya termasuk di Provinsi Pegunungan Papua.
Presden Jokowi juga menyebut, penguatan ketahanan pangan ini tak hanya menjamin kelancaran pasokan makanan ke seluruh negeri, tapi juga mengefisiensikan produksi pangan, meningkatkan nilai tambah bagi petani, penguatan koperasi, juga meningkatkan metode korporasi petani. Masyarakat Provinsi Pegunungan Papua sangat berharap kepada Menteri Pertahanan RI dan Juga Presiden R,I, agar Food Estate Ketahan Pangan dapat juga dibangun di Papua.
Presiden Joko Widodo mengatakan, alasan utama menunjuk Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memimpin proyek lumbung pangan nasional di Kalimantan Tengah lantaran pangan menjadi bagian penting dari pertahanan nasional. Pertahanan bukan sekadar memenuhi cadangan minimum alat utama sistem pertahanan (alutsista) negara. Kendati demikian, Presiden Jokowi mengatakan, dalam menjalankan tugasnya, Prabowo tetap akan dibantu Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Nantinya, Prabowo akan fokus mengurus perihal cadangan pangan agar sesuai dengan kebutuhan nasional sehingga tak menimbulkan krisis pangan. ( Dr. Nahor Nekwek, S.P., M.M )